FAKTANEWS.ONLINE - Efek sejumlah BBM non subsidi naik harga banyak yang mencampur dengan minyak subsidi.


Pakar ITB bongkar resiko campur Pertallite dengan Pertamax, pelan tapi pasti seperti minum es campur yang keseringan.


Seperti diketahui pada awal bulan lalu sejumlah BBM non subsidi mengalami kenaikan harga.

Termasuk BBM atau bensin Pertamax juga mengalami kenaikan harga yang makin menjauh dengan Pertalite.


Seperti di DKI Jakarta dan sekitarnya harga Pertamax 92 kini jadi Rp 14.000 per liternya

Akibat fenomena tersebut yang biasa menggunakan Pertamax mengalami keberatan dan mencampur dengan Pertalite.


Namun ternyata mencampur Pertalite dengan Pertamax sama berisikonya seperti manusia sering minum es campur, Akibatnya manusia mengalami diabetes atau penyakit gula darah yang berisiko tinggi.


Hal ini diungkapkan Prof. Tri Yuswidjajanto, dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) dan juga peneliti LAPI ITB.


Yus meminta agar pemotor atau pemobil meninggalkan kebiasaan tersebut karena bisa berakibat buruk untuk motor.


Dirilis faktanews.online yamg dikutip dari MOTOR Plus-online.com, Seni(16/10/2023) Sering mencapur Pertalite dengan Pertamax memang tidak langsung dirasakan namun bisa merusak mesin lama-lama.


"Sebaiknya kebiasaan campur bensin ditinggalkan karena mengundang harm effect (efek berbahaya)," jelas Prof. Tri Yuswidjajanto.


Kebiasaan tersebut malah berdampak pada berkurangnya kadar detergen yang terdapat dalam bensin Pertamax tersebut.


Selain itu juga, alih-alih mendapatkan kadar oktan yang tinggi, yang terjadi malah deposit semakin bertumpuk.


Akibat dari zat aditif dan detergen yang menurun, bisa berakibat menyumbat injektor dan kepala klep serta kepala piston menjadi berkerak.


"Pembakaran yang sempurna memang menghasilkan deposit pada ruang bakar (piston) dan hal tersebut memang wajar,” lanjut Prof. Tri Yuswidjajanto.


Penggunaan bensin juga mempengaruhi banyaknya deposit yang dihasilkan olah ruang bakar.


Seperti penggunaan bensin Pertamax pada motor injeksi, efeknya memang menghasilkan deposit yang banyak ketimbang Pertalite.


Namun hal tersebut justru efek dari pembersihan injektor dan ruang katup yang optimal, sehingga menghasilkan deposit yang cenderung banyak ketimbang Pertalite.


Hal ini diungkapkan Prof. Tri Yuswidjajanto, dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) dan juga peneliti LAPI ITB.


Yus meminta agar pemotor atau pemobil meninggalkan kebiasaan tersebut karena bisa berakibat buruk untuk motor.


Sering mencapur Pertalite dengan Pertamax memang tidak langsung dirasakan namun bisa merusak mesin lama-lama.


"Sebaiknya kebiasaan campur bensin ditinggalkan karena mengundang harm effect (efek berbahaya)," jelas Prof. Tri Yuswidjajanto kepada MOTOR Plus-online, beberapa waktu lalu.


Kebiasaan tersebut malah berdampak pada berkurangnya kadar detergen yang terdapat dalam bensin Pertamax tersebut.

Selain itu juga, alih-alih mendapatkan kadar oktan yang tinggi, yang terjadi malah deposit semakin bertumpuk.


Akibat dari zat aditif dan detergen yang menurun, bisa berakibat menyumbat injektor dan kepala klep serta kepala piston menjadi berkerak.


"Pembakaran yang sempurna memang menghasilkan deposit pada ruang bakar (piston) dan hal tersebut memang wajar,” lanjut Prof. Tri Yuswidjajanto.


Seperti penggunaan bensin Pertamax pada motor injeksi, efeknya memang menghasilkan deposit yang banyak ketimbang Pertalite.


Namun hal tersebut justru efek dari pembersihan injektor dan ruang katup yang optimal, sehingga menghasilkan deposit yang cenderung banyak ketimbang Pertalite.


"Deposit yang menempel pada injektor itu maksimal 15%, sedangkan untuk ruang katup ketebalannya 50 mg lalu untuk ruang bakar (piston) sebesar 40%," tutupnya.


Jadi jangan heran kalau sehabis menggunakan Pertamax, deposit yang timbul lebih banyak dari Pertalite, karena memang merontokan deposit di injektor dan ruang katup atau saluran isap.


Di tambah lagi jika kebiasaan mencampur-campur bensin terus dilakukan, bisa berakibat mesin menjadi ngelitik dan yang parahnya performa motor jadi menurun.


Tetapi hal tersebut enggak akan terjadi, kalau motor meminum bensin beroktan tinggi kesehatan mesin menjadi terjamin.


Nah, mulai sekarang stop campur-campur beberapa jenis BBM di motor Anda karena resikonya mesin jadi rusak. (*)