FAKTANEWS.ONLINE, SULTENG-- Dampak dari perubahan iklim terhadap lingkungan yang akhir-akhir ini dirasakan oleh warga indonesia bahkan dunia menjadi topik perbincangan banyak pihak, mulai dari akademisi, pemerhati lingkungan hingga kelompok organisasi yang turut peduli dengan lingkungan.

Salah satu pihak yang saat ini tengah memfokuskan perhatian dan kepeduliannya terhadap perubahan iklim serta pelestarian lingkungan hidup adalah Institut Hijau Indonesia.

Intitut Hijau Indonesia merupakan organisasi yang berfokus dalam merancang program pendidikan bagi generasi muda, agar memiliki keberpihakan terhadap perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.

Kepedulian Institut Hijau Indonesia terhadap lingkungan disuarakan melalui kegiatan seminar dan diskusi bersama sejumlah Organisasi Kemahasiswaan Universitas Tadulako (Untad) dan ratusan mahasiswa se-Kota Palu, pada Sabtu 25 November 2023.

Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Fakultas Kedokteran Untad, dengan mengangkat tema "Kaum Muda dan Perubahan Iklim untuk Indonesia dan Dunia Tahun 2050".

Kegiatan itu dibuka oleh Dekan Fakultas Kehutanan, Prof. Dr. Golar, S.Hut., M.Si mewakili Rektor Universitas Tadulako.

Dalam sambutannya, Prof Golar menyampaikan apresiasi dan menyambut dengan baik penyelenggaraan diskusi tersebut.

Kata dia, diskusi ini adalah bagian dari upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia menjadi agen of change dalam mengatasi dan menanggapi perubahan iklim.

Pada kesempatan itu, Prof Golar menuturkan, bahwa problem perubahan iklim itu penting untuk disikapi. Bukan hanya tugas pemerintah terkait saja yang harus mencari solusi. Akan tetapi, kata dia, semua unsur harus terlibat termasuk akademisi hingga anak muda.

"Peran akademisi sangat penting karena kita punya tiga pilar utama, yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian. Tiga upaya ini yang mendukung kita dalam melakukan hal itu," kata Prof Golar.

"Selaku anak muda, harus siap menghadapi tantangan yang akan dihadapi kedepan. Harus mencari solusi. Melalui upaya peningkatan kualitas keilmuan kita. Mahasiswa dituntut jadi agen of change. Kita yang kampanyekan, menyuarakan perbaikan kualitas lingkungan. Untuk jadi agen of change, penyiapan diri jadi hal yang penting," sambungnya.

Ia menambahkan, bahwa akademisi dan anak muda khususnya mahasiswa punya tanggung jawab besar untuk memberi edukasi ke masyarakat tentang pentingnya peduli pada lingkungan, agar dampak dari masalah perubahan iklim itu dapat ditekan dan diantisipasi.

Sebab, kata Prof Golar, perubahan iklim itu terjadi salah satunya diakibatkan oleh dampak dari lingkungan yang tidak terkelola dengan baik.

"Kita harus membekali diri kita dari sisi pengetahuan dan pengalaman. Tidak hanya membaca, tapi juga mengetahui dan memahami. Kita harus punya pengetahuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dalam menghadapi perubahan iklim yang belakangan ini terjadi. Kalau kita hanya bergantung pada pemerintah, mereka punya keterbatasan, punya tupoksi yang membatasi, sehingga butuh pihak lain untuk memikirkan solusinya secara bersama-sama," pungkasnya.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Chalid Muhammad selaku Ketua Institut Hijau Indonesia menyampaikan hal yang senada dengan Prof Golar.

Ia mengungkapkan bahwa masalah perubahan iklim harus dipikirkan bersama, karena hal itu adalah ancaman nyata yang harus ditanggapi dengan serius.

"Perubahan iklim itu adalah hal yang nyata. Bukan hanya hal yang ada pada sebatas diskusi. Ini adalah masalah yang kita hadapi setiap hari. Apa yang menyebabkan? yang menyebabkan adalah aktivitas penduduk bumi yang sangat kompleks dari berbagai kebutuhan dan aktivitasnya, sehingga aktif memproduksi gas-gas rumah kaca. Ancaman paling nyata adalah suhu meningkat, panas yang luar biasa, terjadi anomali cuaca, ini salah satu hal yang menyebabkan pertanian itu gagal," ungkapnya.

Ia pun mengajak para anak muda untuk terus menggaungkan kepedulian terhadap lingkungan dengan cara memberikan edukasi ke masyarakat secara luas.

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa jika orang-orang mengabaikan problem perubahan iklim ini, dampak negatif yang besar mungkin akan terjadi.

"Perubahan iklim ini harus kita pikirkan secara serius. Dampak besar seperti kelaparan extrim akan terjadi di belahan bumi jika ini berlangsung terus menerus," tuturnya.

"Kita punya upaya untuk mengatasi, untuk melakukan usaha yang bisa mencegah hal-hal buruk terjadi akibat perubahan iklim, karena adanya pengelolaan lingkungan yang kurang baik. Semua kita punya gadget, platform dan media sosial. Gunakan itu semua untuk mengedukasi banyak orang di luar sana," lanjut Chalid.